Pada postingan yang
kedua ini saya akan kembali membahas seputar teknologi komunikasi, yaitu Perspektif dalam menggunakan internet (Acces,Involvement,Interaction)
Penggunaan internet dikalangan masyarakat semakin pesat pada era ini dalam hal tersebut Penggunaan internet bisa berdampak positif maupun negatif di masyarakat, bahkan tidak
sedikit yang malah menjadi bahan ajang untuk melakukan tindakan kriminalitas.
Media
baru ini telah merubah perilaku masyarakat dan digunakan oleh masyarakat
sebagai sarana untuk kepentingan seseorang baik mengenai informasi ataupun
sebagainya. Didalam chapter ini juga terdapat Perspective optimis dan
persepective pesimis. Didalam media baru sekarang juga, terutama internet
dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan kepentingan politik, lalu terdapat
interaksi-interaksi yang terjadi didalam sebuah media, interaksi yang mereka
lakukan juga biasnya dipengaruhi oleh latarbelakang budaya, pendidikan dan
kondisi sosial masyarakat setempatnya. Sehingga
disitu terjadi interaksi dengan orang-orang yang memiliki perbedaan budaya
didalam sebuah media di internet.
Ada dua perspektif yang berbeda (optimis vs
pesimis) mengenai hal-hal yang terkait dengan accses terhadap computer atau
internet.
Penekanan
perspektif pesimis adalah penekanan kecendurungan menggunakan internet di
dunia, banyak yang menggunakan internet tapi disisi lain terapat banyak dampak
negatif yang ada di internet. Menurut penelitian di dunia ini Negara Afrika
yang cenderung tidak menggunakan internet, karena disana masih buta teknologi
berbeda dengan Negara maju seperti Amerika serikat, Inggris Negara ini terlalu
bergantung dengan internet, semua hal aktifitas di negara mereka menggunakan
internet.
Contoh
Penekanan
perspektif disini menekankan perbedaan perspektif optimis dan pesisimis.
Dimulai dari perspektif opitims adalah enaknya menggunakan akses internet
mengerjakan semuanya menjadi mudah, tapi berbeda di Indonesia pengguna internet
di negara Indonesia masih belum merata contohnya yang tinggal di desa
pedalaman. Mereka masih belum mengenal teknologi apalagi internet. Di Indonesia
pengguna internet identik dengan para pengguna media sosial karena masyarakat
Indonesia tergolong pengguna terbanyak ke-4 sedunia.
Selanjutnya
perspektif pesimis adalah berlawanan dari perspektif optimis, peisimis disini
masyarkat Indonesia masih banyak yang belum menggunakan Internet mulai dari
masyarakat desa pedalaman. Mereka masih mempercayai budaya dan nenek moyangnya
sehingga menyebabkan terasingkan dan kurang maju dalam hal untuk memajukan desa
tersbut.
Hal yang memengaruhi “new media” sebagaimana diidentifikasikan oleh Van Dijk (1999). Dan perbandingan dengan pendapat yang dikemukakan oleh rojas et (2004)
Menurut
Van Dijk (1999) ada 4 kendala yang mempengaruhi new media yaitu
-
Kurangnya gaya penggunaan yang tidak menarik
dan kurangnya keramahan pengguna
-
Kurangnya kesempatan yang signifikan
-
Tidak ada jaringan internet
-
Orang tua atau pengguna tidak bisa menggunakan
computer (gaptek) karena kurangnya pengetahuan.
Rojas
et.al (2004) Memberikan pandangan yang
berbeda dengan Van Dijk (1999). Menurut Rojas identifikasinya menggunakan
beberapa faktor yaitu Kesenjangan digital berkontribusi terhadap kesenjangan
digital, seperti hubungan antar modal ekonomi, modal budaya, etnis, jenis
kelamin dan usia. Seringkali, individu berada dalam persaingan dan pengaruh
yang kontras (seperti keluarga dan teman sebaya, modal budaya dan sosial,
pendidikan dan motivasi konsumen, dan peran gender awal) pada penggunaan
komputer dan teknologi online.
Contohnya
Seperti
yang kita ketahu bahwa di Indonesia masih banyak masyarakat yang pemikirannya
masih terbatas. Mungkin karena faktor keadaan geografis yang kurang mendukung
untuk orang-orang berubah menjadi masyarakat cyber, khususnya seperti di
pelosok-pelosok jangankan penggunaan internet, penggunaan telpon aja masih
jarang orang yang memakainya, berbeda dengan di kota-kota yang perkembangan
teknologinya sangat pesat sekali sehingga masyarakatnya akan mudah mengikuti
perkembangan tekologi. Selain itu peran pemerintah juga sangat berpengaruh
terhadap perkembngan teknologi khusunya Internet, seperti sekarang subsidi
untuk internet begitu sedikit dari pemerintah, sehingga biaya internet dirasa
cukup mahal bagi beberapa masyarakat. Selain itu program “Internet Masuk Desa”,
pada awalnya program itu berjalan baik, tetapi akhir-akhir ini program itu
seaakan-akan mati dan tidak ada kelanjutannya. Maka dari itu peran pemerintah
sangat berpengaruh sekali dalam perkembangan teknologi khususnya internet
Di Indonesia tata pengguna internet 132,7 Juta pada April 2016
Usia 10-24 Tahun = 24,4 Juta, 18,4%
Usia 25-34 Tahun = 32,3 Juta, 24,4%
Usia 35-44 Tahun = 38,7 Juta, 29,4%
Usia 45-54 Tahun = 23,8 Juta, 18%
Sumber : http://isparmo.web.id/2016/11/21/data-statistik-pengguna-internet-indonesia-2016/
Ada dua perspektif yang berbeda (Optimis vs
Pesimis)
Didalam menyebarluaskan politik,peran internet
sangatlah diperlukan, karena di internet sangat banyak orang-orang yang
memakainya, disini internet dijadikan sebagai alat untuk melakukan propaganda
untuk kepentingan sebuah politik . Menurut Rheingold (1993) berpendapat bahwa
individu akan terlibat dalam proses demokrasi dan internet akan melibatkan
masyarakat politik. Perspektif pesimisme membahas tentang pandangan bahwa
kekhawatirn tentang akses internet yang tidak pada manfaat yang didapat juga
tidak sama. Didalam memakai Internet, tidak semua orang bisa mengaksesnya,
sekelompok orang mempunyai keterbatasan tertentu sehingga tidak bisa mengakses
internet. Bahan pengguna internet yang lain juga mungkin lebih dekat dan sering
berinteraksi dengan oang-orang luar dibandingkan dengan orang yang dekat.
Perspektif
optimis juga bisa membantu seseeorang atau kelompok untuk dijadikan sebagai
alat untuk mengajak atau sebagai alat propaganda politik agar orang-orang yang
ada didalam internet terpengaruh oleh apa-apa yang disampaikan oleh orang atau
kelompok tadi, dan juga pada jaman sekarang ini internet dijadikan sebagai alat
kampanye politik.
Di
Indonesia internet sangatlah berpengaruh terutama didalam bidang politik,
masayarakat menjadi tau tentang apa-apa yang terjadi didalam partai politik,
lalu dengan adanya internet memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dapat kita
ambil terutama dengan politik-politik di Indonesia yang kita lihat sangat rumit
dan terdapt banyak sekali kepentingan-kepentingan didalamnya. Berbeda dengan
masyarakat yang berada dipedesaan yang mungkin masih jauh dengan kata internet,
di desa biasanya kampanye politik itu di sampikan melalui baliho-baliho, dan
masyarakat itu merasa bosan dengan baligo-baligo itu. Jadi bisa dilihat bahwa
kehadiran politik itu sangat berpengaruh didalam kegiatan politik
Deskripsi perspektif dan pesimis dalam isu
internet dan community involment
Mengenai
perspektif optimis dan pesimis ini dilihat dari pemakai internet itu sendiri,
banyak hal yang bisa diambil dari segi positif asal kita mampu memilih yang
baik dan benar. Jika tidak bisa menggunakan internet dengan bijak maka
penyebabnya hal-hal negatif akan merubah gaya hidup pengguna internet, seperti
gaya hidup kebarat-baratan, dan sekarang kita lebih berbicara dengan telepon
teman di internet dibanding dengan teman dunia nyata, hal ini menyebabkan
banyak kasus seperti penculikan marak terjadi.
Namun
keunggulan menggunakan internet, kita dengan mudah mengakses hal-hal yang belum
diketahui oleh kita. Dari internet juga kita bisa mendapatkan lebih banyak
teman dan mendapatkan relasi yang banyak.
Isu internet dan interaksi sosial serta
internet sebagai “forms of expression” dan kasus di Indonesia
Form of Expressions adalah pandangan internet itu
merupakan sebuah media yang mempunyai fungsi yaitu untuk memberikan informasi
kepada orang lain menganai tentang diri kita melalui media sosial yang kita
ikuti. Apa yang seseorang sampaikan didalam interet atau media sosial belum
tentu sesuai dengan kehidupan nyatanya, seperti teori darma turgi, yang hanya
orang-orang menampilkan sikap agar orang-orang suka terhadapnya, padahal
didalam hatinya tidak seperti itu. Pengguna internet ini terdapat perspektif
optimis dan pesimis. Contohnya di internet misalnya orang yang ada di media social
yang terlihat bahagia atau senang-senang di media social padahal orang tersebut
belum tentu bahagia.
REFERENSI
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone.
2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of
ITCs, Sage Publication Ltd. London.
http://isparmo.web.id/2016/11/21/data-statistik-pengguna-internet-indonesia-2016/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar